Keripik Belut Disukai di Mancanegara
SIAPA sangka keripik belut disukai orang mancanegara? Namun itulah kenyataan yang diungkapkan Sutarto, pengusaha keripik belut warga Sanggrahan, Kalurahan Joho, Sukoharjo.
Sesuai dengan kesepakatan pembeli asal Australia, setiap bulan dirinya harus mengirimkan 1 kontainer keripik. Jika 1 kontainer berisi keripik 1 ton, setiap hari dia harus memproduksi 226 kg. Padahal, saat ini usahanya hanya mampu memproduksi 100 kg. ''Ini memang tantangan berat bagi kami. Tetapi bagaimanapun bertekad memenuhi pesanan itu,'' ujar lelaki berusia 35 tahun itu.
Dia mengaku merintis usaha keripik belut karena coba-coba. Semula karyawan Kecamatan Sukoharjo itu merintis bisnis jual beli mobil. Namun usahanya menurun seiring dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan. Bahkan akhirnya dia memilih menutup usahanya karena rugi.
Setelah vakum beberapa saat, ayah Pratama Agung Nugroho dan Primawan Dwi Nugroho ini mencoba menekuni penjualan belut segar. Alasannya, dia melihat banyak pencari belut di Sukoharjo yang kesulitan dalam hal pemasaran. Lalu dia menampung belut-belut tersebut dan menjualnya kembali kepada para perajin keripik.
Setiap hari dia bisa memasok ratusan kilogram belut kepada para perajin keripik belut di Sukoharjo, Klaten, Yogya, hingga Tasikmalaya. Meskipun semula lancar, usahanya menghadapi kendala cukup besar. Pesanan rutin yang diharapkan selalu datang ternyata terkadang lowong. ''Akibatnya, saya menanggung kerugian cukup besar. Bagaimana tidak, sekitar 1,5 kuintal belut segar tak bisa dipasarkan.''
Dipraktikkan
Cobaan tersebut toh tidak membuatnya patah semangat. Malah sebaliknya, muncul keinginan untuk menggoreng belut yang masih ada. Saat itu juga dia belajar cara membuat keripik belut kepada tetangganya yang menjadi perajin keripik belut.
Sampai di rumah, dia segera mempraktikkan apa yang telah dipelajarinya. Setelah matang, dicobanya untuk mengetes rasa keripik tersebut. Merasa belum puas, kembali dia menggoreng dengan tambahan bumbu sendiri. ''Ternyata rasanya enak, sehingga resepnya saya gunakan hingga sekarang.''
Dengan semangat tinggi, keripik produknya dipasarkan kepada beberapa bakul. Beberapa hari kemudian setelah dicek, keripik belut buatannya laku keras. Bahkan para bakul minta tambahan pasokan. Hal ini membuatnya makin optimistis dalam menjalani profesi baru.
''Apalagi ketika beberapa swalayan besar di Solo, Yogya, dan Jakarta meminta untuk memasok keripik belut buatan saya. Saya makin optimistis.''
Sukses merambah swalayan, Sutarto pun melirik pasar antarpulau. Perlahan namun pasti, usaha yang dikelola sejak 1,5 tahun lalu terus berkembang. Keripik buatannya mampu menembus pasar di Kalimantan, Sumatera, dan Papua. Dia kemudian merekrut tenaga khusus di bidang pemasaran, penggorengan, dan pemilihan bahan baku. ''Untuk melayani pesanan, saya mempekerjakan 10 karyawan yang dibayar di atas UMR.''
Usahanya makin melejit ketika datang pesanan dari Australia. Di sisi lain, dirinya juga menghadapi tantangan sangat besar, karena harus mampu menjaga mutu dan kualitas, sekaligus menjaga konsistensi pemasokan sesuai kesepakatan dengan pembeli.
Kunci untuk menghasilkan keripik yang enak, harus dipilih belut tangkapan di sawah. Bukan sebaliknya, menggunakan belut hasil budi daya yang menggunakan pakan yang mengandung bahan kimia. Uniknya, meski omzetnya mencapai puluhan juta rupiah setiap hari, dia enggan berhubungan dengan bank.
''Semua masih saya cukupi dengan modal sendiri. Namun entah nanti kalau kekurangan modal, mungkin saya terpaksa pinjam bank,'' katanya.
Budi Daya Pembesaran Belut
Kolam
Pembuatan kolam pembesaran belut diawali dengan perencanaan konstruksi kolam apakah berupa kolam bawah tanah ( kolam gali ) atau kolam di atas tanah ( kolam tembok ), lalu pemilihan lahan yang tepat untuk kolam. Kemudian dilanjutkan dengan penggalian tanah atau pembuatan bak diatas tanah. Kolam-kolam pembesaran belut dengan menggunakan kolam permanen ( tembok ) memiliki ukuran maksimal 500 cm X 500 cm kedalaman 120 cm.
Namun demikian anda juga bisa menggunakan kolam terpal dengan ukuran 400 cm X 200 cm dengan kedalaman 100 cm. Menggunakan kolam terpal memang lebih efisien dan mudah dipindahkan apabila ingin dipindahkan ke tempat lain.
MITRA BELUT menyediakan Kolam Terpal beserta medianya bila anda menjadi Plasma MITRA BELUT Media Pemeliharaan
Setelah anda menyiapkan kolam tersebut di atas, langkah selanjutnya adalah mengisi kolam dengan media pemeliharaan dengan urutan dan ukuran sebagai berikut :
1. Jerami setinggi 25 – 40 cm.
2. Pupuk Urea 5 kg dan NPK 5 kg (kolam berukuran 500 cm X 500 cm atau perbandingannya).
3. Lumpur/tanah setinggi 5 cm.
4. Pupuk Kandang setinggi 5 cm.
5. Pupuk kompos setinggi 5 cm.
6. Lumpur/tanah setinggi 5 cm.
7. Cincangan Batang Pisang setinggi 10 cm.
8. Lumpur/tanah setinggi 15 cm.
9. Air setinggi 5 cm. Media pemeliharaan ini didiamkan agar terjadi proses permentasi selama kurang lebih dua minggu, atau paling lama 1 bulan sehingga siap untuk ditaburi bibit/benih belut yang akan dibudidayakan.Pelaksanaan Pemeliharaan
Pelaksanaan pembesaran dapat dimulai setelah kolam dan media pemeliharaan siap. Langkah berikutnya adalah memilih bibit belut yang baik agar hasilnya dapat masimal. Bibit belut ini harus dipilih yang sempurna atau normal dan singkirkan yang tidak normal. Belut yang berkualitas ini akan menghasilkan hasil yang baik, sehingga akan berkembang dengan baik pula.Belut berkualitas memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Anggota tubuh utuh dan mulus yaitu tidak ada luka gigitan atau goresan.
2. Gerakan lincah dan agresif.
3. Penampilan sehat yang dicirikan tubuh yang keras dan tidak lemas manakala dipegang.
4. Tubuh berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan.
5. Umur antara 2-4 bulan.Belut ini mudah berkembangbiak dialam terbuka dan tidak sulit dibudidayakan dikolam yang menyerupai habitatnya serta memberikan penghasilan yang cukup menjanjikan. Pemasaran belut budidaya
ini akan dijamin oleh MITRA BELUT.Secara alami belut memakan binatang lain yang lemah, karena itu mereka harus membuat lubang perangkap yang menyerupai terowongan yang berkelok agar mangsanya tidak mudah lepas. Belut ini dapat dipanen setelah tiga bulan penaburan untuk pasar lokal, namun pasar ekspor minimal enam bulan. Kolam setelah panen diperbaiki dan diganti media pemeliharaannya agar zat renik yang diperlukan pemeliharaan berikutnya dapat tersedia cukup.
TIPS – TIPS BETERNAK BELUT SAWAH
Hal-hal yang “Perlu” diperhatikan dalam beternak belut
adala sbb :
1. Carilah lumpur sawah yang dominan berwarna abu- abu dan di permukaan tanah / lumpurnya banyak mengandung sisa-sisa kotoran cacing lor sawahnya ( tahi cacing).
2. Pastikan dengan menanyakan kepada petani yang memiliki sawah tersebut, apakah disawahnya terdapat banyak belutnya dan ukurannya besar-besar ? Apakah banyak pencari belut (ngobor) disawahnya ? Kalau memang jawabannya “ya” berarti lumpurnya potensial dan cocok sebagai media kehidupan belut.
3. Carilah jerami yang di bagian “batangnya”, jangan pada bagian tangkai bulir padi, karena batang padi lebih cepat membusuk dibanding dengan tangkai bulir.
4. Untuk mempercepat proses Bokashi, jerami dan gedebog, dicacah semakin halus semakin baik karena mudah busuk. Kalau perlu untuk jumlah banyak sebaiknya di Chopper dengan mesin yang punya pisau khusus. Hasil bokashi hendaknya dipisahkan antara yang sudah jadi dan serat-serat yang belum jadi secara sempurna dengan cara diayak memakai ayakan pasir. Nantinya serasah – serasah yang belum jadi sempurna kita bokashi sekali lagi. Hasil Bokashi bisa disimpan dalam jangka waktu lama (sampai 1 tahun) asalkan dimasukkan kedalam karung dan ditimbun ditempat yang kering dan jangan lembab. Sebaiknya dasarnya di kasih pallet biar karungnya tidak bersentuhan langsung dengan tanah (biar tidak lembab).
5. Untuk menghemat pembelian Probiotik. Biasakanlah membiakkan bakteri (probiotik) dengan cara membuat biang sendiri. Bahkan bakteri ini dapat berkembang biak sampai pada F5, namun efektifnya / bagusnya sampai dengan F3.
Yaitu dengan cara memperamnya dan memberi makan Bakteri tersebut dengan Glucosa, seperti gula pasir / merah atau tetes tebu (Molase) maka bakteri dari jenis Lactobacillus sp akan berkembang biak menjadi bermilyar-milyar jumlahnya. Setelah itu baru dipakai untuk bokashi atau campuran jamu. Jadi dengan cara ini kita cuma membeli beberapa botol Probiotik untuk kolam kita yang sangat luas.
6. Carilah Gedebog pisang yang tidak “busuk”, karena gedebog yang busuk akan sulit dicacah. Gedebog yang sudah membusuk serat yang berbentuk seperti benang akan lebih ulet dibanding dengan yang masih segar.
7. Lakukan “Bokashi” diluar terlebih dahulu terhadap bahan-bahan yang mengandung selusose (karbohidrat) maupun lemak, seperti jerami dan gedebog pisang. Karena proses dari fermentasi akan potensial menghasilkan gas Methan (CH4) yang sangat berbahaya. Ini sangat meracuni belut, dan hasil sampingnya juga terbentuk CO2 yang dapat megurangi O2 dalam media kolam. Dengan Bokashi diluar kita bisa mengeluarkan gas-gas methannya dan energy panas akan keluar bebas ke udara.
8. Media jerami dan gedebog yang sudah dibokashi dengan sempurna hendaknya sebelum digunakan dimasukkan dalam karung dan direndam (dicuci) beberapa saat dengan cara diinjak-injak atau dipukul-pukul agar air yang berwarna kemerahan atau hitam (H2S nya bisa keluar). Setelah agak berwarna kecoklatan atau jernih, jerami kita pakai dan kita susun berlapis- lapis dalam kolam pemeliharaan.
9. Jangan mendirikan kolam terpal dekat dengan pohon kelapa, karena akar pohon kelapa yang tajam-tajam dengan mudah melobangi terpal. Untuk menghemat terpal agar tidak dilubangi oleh semut, hendaknya setelah panen, terpal harus segera dicuci dan dimasuki air / digenangi air sampai penuh.
10. Maksud diberinya air pada media budidaya belut dengan ketinggian 5 ~ 10 cm diatas permukaan lumpur adalah untuk pemeraman dengan maksud untuk mempercepat proses Fermentasi yang bersifat Anaerob (tidak membutuhkan O2). Sehingga hasil nutrient yang terdepat di jerami dan gedebog segera dapat dimanfaatkan oleh cacing lor sawah agar berlimpah. Apabila dalam jangka waktu 2 minggu kita sudah melihat cacing kecil-kecil atau cacing rambut yang muncul banyak sekali di permukaan, bukan itu tujuannya. Tujuan kita adalah menumbuhkan cacing lor sawah yang terdapat pada media lumpurnya bukan cacing rambut atau cacing sutera. Jadi fermentasi harus dilanjutkan sampai jerami dan gedebog benar-benar hancur dan terbentuk / muncul cacing lor. Dan untuk mempercepat cacing lor keluar adalah dengan cara menusuk-nusuk media dengan galah atau menginjak-injak lumpurnya (maksudnya juga untuk memasukkan O2 dalam lumpur) setelah itu air media dibikin mancak mancak saja.
11. Untuk menumbuhkan cacing lor sawah dalam jumlah berlipat-lipat adalah dengan cara menaburkan bekatul halus lalu disiram dengan biang EM4 yang botolnya berwarna kuning. Atau pakai pupuk organic cair seperti NASA.
12. Berhati hatilah kalau mencari lumpur sawah !.
a. Lumpur yang berasal dari areal sawahnya berwarna Coklat Kemerahan, biasanya mengandung unsur lempung, dan cenderung mengeras bahkan memadat kalau terendam air.
b. Lumpur berasal dari areal sawah yang berwarna kehitaman , biasanya banyak mengandung pasir, lumpur ini jangan digunakan, karena dapat melukai badan belut.
13. Janganlah memesan benih belut kepada penjual benih, sebelum media anda benar-benar sudah “SIAP“ untuk ditanami ! lihat syarat-syarat wajib dipenuhi sebelum tebar benih.
14. Cara lain untuk mempercepat proses “penetralan” zat kimia pada kolam semen adalah memberi “cairan cukak “ yang biasa untuk memasak pada kolam yang sudah berisi air dan direndam dalam beberapa hari sampai permukaan diatas air tersebut terdapat lapisan seperti minyak.
15. Belilah bibit belut yang berukuran sebesar “jari kelingking”, jangan beli benih yang berukuran “sebesar lidi”. Karena semakin kecil benih belutnya semakin besar resiko kematiannya, sedangkan semakin besar belutnya maka akan semakin kuat.
16. Belilah benih belut yang berwarna coklat kekuningan atau coklat cerah saja, karena benih belut yang berwarna kehitaman dan berdada putih sangat lambat pertumbuhannya (bisa jadi kerdil / kuntet).
17. Yang kita harapkan setelah fermentasi adalah melimpahnya cacing lor sawah bukan cacing rambut atau cacing sutera. Terkadang petani terkecoh akan hal ini. Cacing sutera sudah mulai tumbuh setelah 1 ~ 2 minggu masa fermentasi di dalam kolam (jumlah cacing ini belum cukup untuk memenuhi jumlah konsumsi yang dibutukan bibit belut yang kita tanam). Sedangkan cacing lor sawah akan Nampak melimpah setelah jerami dan gedebok stelah mengalami pembusukan karena nutrient tersebut sebagai sumber pakannya.
18. Jagalah air media kolam dalam keadaan jernih – bening tidak keruh. Belut tidak menyukai air yang keruh. Ingat semua lubang belut yang berada dibawah pematang semuanya ada airnya dan airnya berwarna jernih.
19. Jagalah suhu kolam dalam keadaan “sejuk” airilah kolam walaupun dalam debit yang sangat kecil. Misalnya menaruh ember besar atau drum diatas kolam dan melubanginya sebesar sedotan aqua, air walaupun dalam debit yang sangat kecil akan sangat berpengaruh bagi kondisi kolam menjadi sejuk, menambah oksigen dan membuang amoniak dari sisa pembusukan media dan pakan belut.
Biasanya dipersawahan, orang memancing belut pada siang hari tidak akan dapat hasil tangkapan, karena belutnya pada kebawah semua. Ini dikarenakan suhu air dipermukaan lebih panas dan kebetulan belut juga fototaksis negative (tidak menyukai cahaya).
20. Cara lain untuk untuk menumbuhkan plankton pada media tanam belut yaitu deng memberinya “Vitamin”, Vitamin ini kita bisa membikin sendiri yang terdiri atas :
a. Tepung kacang hijau
b. Tepung kedelai
c. Tepung beras
d. Sayur-sayuran (seperti sawi, daun ketela, bayam, sedikit daun papaya, dll)
e. Air kelapa yang masih segar.
Kesemua bahan tersebut diblender kemudian disaring dan airnya disiramkan ke penampungan benih atau kolam karantina, dibiarkan selama 2 ~ 3 jam baru airnya diganti.
21. Usahakan membawa benih pada malam hari dan menabur benih pada malam hari itu juga karena kondisi media dinginnya masih panjang dan udara di luar media masih dalam keadaan sejuk.
22. Apabila ditemukan bibit belut yang mati segera keluarkanlah dari dalam kolam. Apabila membusuk dan empedunya pecah serta darahnya keluar, akan meracuni belut lainnya. Kalau perlu apabila ada yang sudah membalikkan badannya, hendaknya segera diambil sebelum mereka mati.
23. Pada masa adaptasi dari tebar benih jangan memasukkan air secara besar (menggerojok) karena posisi benih pada saat itu masih disekitar permukaan (± 20 cm di bawah lumpur). Kalau sudah keluar sulit bagi mereka untuk masuk kembali ke lumpur karena kondisinya masih dalam keadaan lemah, ini yang menimbulkan banyaknya kematian.
24. Belut harus dipaksa mau makan. Berikan pakan yg berselang-seling menurut selera mereka dan jangan diganti kalau mereka masih mau makan dengan jenis pakan tersebut. Gantilah pakan dengan jenis lain apabila mereka sudah bosan dengan pakan yang biasa kita berikan.
25. Berikanlah pakan yang ukuran pakan tersebut lebih kecil dari mulut belut yang kita pelihara, baik dengan cara dicacah maupun dihancurkan.
26. Untuk menarik / merangsang belut mau makan hendaknya dipancing dengan pakan yang segar dan berbau amis seperti :
o Cacahan yuyu
o Cacahan cacing merah atau cacing lumbricus
o Cacahan lambung katak hijau
27. Apabila ada kematian benih setelah tebar, kondisi kolam dialiri air mengalir kecil dan diberi jamu empon-empon (campuran biang dan jamu)
28. Untuk tumbuhan air bisa memakai enceng gondok atau kiambang. Jangan menggunakan kangkung air karena akarnya dapat mengeringkan lumpur. Enceng gondok berfungsi menyerap zat racun yang ada perairan, zat-zat racun diserap melalui akar dan disimpan dalam batang yang menggelembung. Jadi kalau semakin subur enceng gondoknya, maka akan semakin tercemar perairan tersebut. Tapi apabila semakin kurus tanaman enceng gondoknya, maka akan semakin subur perairannya.
29. Hewan-hewan renik air sebenarnya tidak begitu kita perlukan karena benih belut yang berada di pasaran atau yang biasa kita tanam besarnya seukuran jari kelingking (finggerling). Namun dikarenakan setelah pemeliharaan menginjak 2.5 bulan keatas biasanya akan keluar anakan (benih) belutnya. Hal ini yang harus kita pikirkan agar media pemeliharaan tetap tersedia hewan-hewan renik.
Dan bentuk pakan yang kita berikan sebaiknya selain berukuran besar untuk belut besar juga berbentuk remahan untuk makan anakannya yang kecil-kecil.
30. Jangan memberi pakan yang terlalu besar yang melebihi ukuran mulutnya, karena belut bersifat menarik dan menyimpan makanannya kedalam lubang-lubang persembunyiannya sehingga mereka harus menunggu sampai menunggu agak lunak hingga bisa dimakan.
31. Bersabarlah melatih mereka keluar lubang persembunyiannya sebelum memberi makan sehingga mereka akan terbiasa keluar lubang menanti makan yang kita berikan. Jadi ini lebih mengefisienkan pakan, karena di daerah Batang Jawa Tengah ada petani belut yang bisa melatih belut-belut mereka untuk keluar menunggu majikannya member makan.
32. Jangan mengganggu belut selama masa pemeliharaan, misalnya mengaduk-aduk media atau memasuk-masukkan galah ke dalam kolam karena belut sangat mudah stress.
33. Baik benih maupun hasil panen, jangan terlalu banyak tersentuh oleh tangan. Mereka mudah stress bila tersentuh oleh tangan. Upayakan menggunakan seser (jaring kecil) pada saat memindahkan benih atau menggunakan alat saring khusus (alat sortir) pada saat panen agar tidak terlalu banyak dipegang-pegang tangan.
34. Jangan memberi pakan belut dengan cacing tanah berjenis cacing kalung di beberapa petani di daerah Demak jawa tengah dan Batang Jawa Tengah setelah cacing tersebut diumpankan, belutnya banyak mengalami kematian.
35. Apabila di kolam pemeliharaan terdapat lumut yang berwarna hijau hendaknya segera diambil dengan cara air baru dimasukkan , setelah agak tinggi permukaan lumpur yang ada lapisan lumpurnya disemprot untuk dikeluarkan.
SEMOGA BERMANFAAT….AMIN…